Rabu, 14 Maret 2012

asuhan kebidanan dengue haemoragic fever (DHF)


ASUHAN KEBIDANAN
PADA AN ”H” USIA 4,5 TAHUN
DENGAN DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)
DI RUANG ANAK (DELIMA) RSUD DR HARJONO PONOROGO



STIKES Baru













DI SUSUN OLEH

NANA FARIDATUL ISMA
NIM.10.111.131




PROGRAM STUDI DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2012



KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan Pada An “H” dengan DHF di ruang anak (Delima)RSUD DR.Harjono ponorogo.
Dalam meyelesaikan laporan Asuhan Kebidanan ini penulis telah berusaha untuk mencapai hasil yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa laporan Asuhan Kebidaanan ini masih jauh dari sempurna.
Terselesaikannya laporan Asuhan Kebidanan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1.                  Ibu Harnanik Nawangsari,S.ST, M.Keb. Selaku Kaprodi D4 Bidan Pendidik
2.                  Ibu Siti Shofiyah, S.ST  Selaku Pembimbing Akademik
3.                  Bapak Umar Khamdani.S,Kep.Ners Selaku Kepala Ruangan anak (Delima)
4.                  Bapak Widodo,S.Kep.Ners Selaku Pembimbing Ruangan anak (Delima)
5.                  Teman-teman yang telah membantu terselesaikannya laporan Asuhan Kebidanan ini.
Penulis  menyadari bahwa dalam penyusunan laporan Asuhan Keperawatan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan sempurnanya laporan Asuhan Keperawatan ini sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jombang,07 maret 2012   


                                                                                                                           Penulis


DAFTAR ISI
Halaman judul.....................................................................................................    i
Kata Pengantar ...................................................................................................   ii
Daftar Isi .............................................................................................................. iii
BAB I TINJAUAN PUSTAKA                                                                     
1.1  pengertian...........................................................................................................   1
1.2  anatomi/fisiologi.................................................................................................   2    
1.3  Etiologi ...................... ........................................................................................   3
1.4  patofisiologi.......................................................................................................    4    
1.5  tanda dan gejala.................................................................................................    4    
1.6  komplikasi.........................................................................................................     5
1.7  pemeriksaan diagnostik.....................................................................................    6
1.8  penatalaksanaan mdis........................................................................................    7
BAB II LAPORAN KASUS
           2.1 pengkajian........................................................................................................   10   
           2.2 data subyektif...................................................................................................   10
           2.3 data obyektif....................................................................................................   11
           2.4 analisa data........................................................................................................  13
           2.5 penatalaksanaan.................................................................................................  14
           2.6 catatan perkembangan (evaluasi)......................................................................   15
                 BAB III PENUTUP
    3.1 Kesimpulan........................................................................................................  16
    3.2 Saran...................................................................................................................   16
    Daftar Pustaka ........................................................................................................... 17


BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Pengertian
  • DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). (Christantie Effendy, 1995).
  • Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty  betina (Seoparman , 1990).
  • DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).
  • Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1996).
DHF (Dengue Haemoragic Fever) berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi 4 derajat (Menurut WHO, 1986):
1)      Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, uji tourniquet, trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2)      Derajat II
Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
3)      Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah (hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini renjatan).
4)      Dejara IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
1.2. Anatomi Fisiologi
Struktur nyamuk terdiri atas ; kepala, toraks yang setiap segmenya dilengkapi dengan sepasang kaki yang beruas-ruas dan abdomen. Daerah kepala terdiri atas mata, antena berbentuk poliform yang terdiri atas 15 segmen. Antena nyamuk betina disebut pilose dengan bulu-bulu yang lebih sedikit sedangkan yang jantan memiliki banyak bulu disebut plumose. Seperti halnya dengan serangga lain nyamuk memiliki sepasang mata majemuk oseli (mata tunggal). Di bagian dorsal toraks terdapat bentuk bercak yang keras berupa dua garis sejajar pada bagian tengah dan dua garis lengkung di bagian tepi. Vena sayap meliputi seluruh bagian sayap sampai ke ujung berukuran 2,5 – 3,0 mm. Di bagian abdomen nyamuk betina berukuran kecil terdapat dua caudal cerci yang berukuran kecil, sedangkan pada nyamuk jantan terdapat organ seksual yang disebut hypopygium.
Nyamuk ini bersifat antropofilik ( senang sekali pada manusia), biasanya nyamuk betina menggit di dalam rumah, kadang-kadang di luar rumah di tempat yang agak gelap. Pada malam hari nyamuk beristirahat dalam rumah pada benda-benda yang digantung seperti pakaian, kelambu, pada dinding dan tempat yang dekat dengan tempat peridukannya. Nyamuk A.aegypti memilliki kebiasaan menggigit berulang-ulang (multiple biters) yakni menggit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap peranannya sebagai vektor penyebab penyakit DBD ke beberapa orang dalam sekali waktu. Nyamuk jantan juga tertarik terhadap manusia pada saat melakukan perkawinan, tetapi tidak menggigit.
Dalam perkembangan hidupnya nyamuk ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) yaitu dari telur menetas menjadi larva (jentik), kemudian menjadi pupa dan selanjutnya menjadi nyamuk dewasa. Dalam keadaan optimal, perkembangan telur sampai menjadi nyamuk dewasa berlangsung sekurang-kurangnya selama 9 hari. Nyamuk dewasa baik jantan maupun betina membutuhkan glukosa sebagai bahan makanan yang dapat diperoleh dari cairan tumbuhan, sedangkan nyamuk betina membutuhkan protein-protein dari darah untuk pematangan sel telur setelah perkawinan. yamuk betina dewasa mulai menghisap darah setelah berumur 3 hari, setelah itu sanggup bertelur sebanyak 100 butir. Nyamuk betina mampu bertahan hidup 2 minggu lebih di alam, sedangkan nyamuk jantan setelah proses kawin dalam waktu ± 1 minggu akan mati. Nyamuk betina dapat terbang sejauh 20 meter, kemampuan normalnya adalah ± 40 meter.
1.3. Etiologi
Penyebab utama : – virus dengue tergolong albovirus
Vektor utama :
  • Aedes aegypti.
  • Aedes albopictus.
Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :
  1. kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari hari.
  2. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
  3. Penyediaan air bersih yang langka.
Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena.
  1. Antar rumah jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak terbang aedes aegypti 40-100 m.
  2. Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat, (Noer, 1999).






1.4. Patofisiologi
Virus dengue


 

                                                                  Hepatomegal                                                                     Hipertermi                                                                   depresi sumsum   permebelitas
            Anoreksia                                                                           tulang               kapiler
            Muntah                                                                             manifestasi        meningkat
            Kebutuhan                                                                       perdarahan
Nutrisi kurang dari
               Kebutuhan                                                               resiko perdarahan    efusi pleura
Kekurangan volume cairan                                                                                         aselter
                                                                                                                            hemokonsentasi                                                                                                                                                                                                       hipovolemia
                                                            resiko syok
                                                            hipovolemia
                                                               kematian      
1.5. Tanda dan Gejala
Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti :
1)      Demam chiku nguya.
Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas 400C disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot.
2)      Demam tyfoid
Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya leukopenia, limfositosis relatif.
3)      Anemia aplastik
Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam timbul karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia.
4)      Purpura trombositopenia idiopati (ITP)
Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak terjadi hemokonsentrasi.
  • Meningkatnya suhu tubuh
  • Nyeri pada otot seluruh tubuh
  • Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbita
  • Suara serak
  • Batuk
  • Epistaksis
  • Disuria
  • Nafsu makan menurun
  • Muntah
  • Ptekie
  • Ekimosis
  • Perdarahan gusi
  • Muntah darah
  • Hematuria masif
  • Melena
1.6. Komplikasi
a. Perdarahan luas.
b. Shock atau renjatan.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.
6. Klasifikasi
a. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II :
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.
c. Derajat III :
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan penderita gelisah.
d. Derajat IV :
Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.
1.7. Pemeriksaan Diagnostik
Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut :
1) Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun secara lisis demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.
2) Manifestasi perdarahan :
  1. Uji tourniquet positif
  2. Petekia, purpura, ekimosi
  3. Epistaksis, perdarahan gusi
  4. Hematemesis, melena.
3) Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.
4) Dengan atau tanpa renjatan.
Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ). Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk.
5)      Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi
Laboratorium
Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dan meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nilai hematokrit pada masa konvalesen.
Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan hemokonsentrasi tersebut sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF dengan tepat.
Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada saat peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena berkurangnyam limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali.
1.8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
  1. Tirah baring atau istirahat baring.
  2. Diet makan lunak.
  3. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.
  4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling sering digunakan.
  5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
  6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
  7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
  1. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
  2. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
  3. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.
Pencegahan
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
  1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
  2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan.
  3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
  4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
1. Menggunakan insektisida.
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau pengabutan.
2. Tanpa insektisida
Caranya adalah:
  1. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari).
  2. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
  3. Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang



















BAB III
LAPORAN KASUS

Asuhan kebidanan pada An”H” usia 4,5 Tahun dengan bronkopneumonia
Di ruang anak(delima) RSUD Dr harjono ponorogo

            Pengkajian tanggal      : 19 februari 2012                    jam: 14:30
            Oleh                            : nana faridatul isma
            Mrs tanggal                 : 18 februari 2012                    jam: 11:15
I           Identitas pasien           : An “H”
            Usia                             : 4,5 Tahun
            Jenis kelamin               : laki-laki
Anak ke                       : 1       
Nama ibu                     : Ny “B”                      Nama ayah      : Tn “M”
Umur                           : 35 Tahun                   Umur               : 37 tahun
Suku                            : Jawa                          Suku                : jawa
Agama                         : islam                          Agama             : islam
Pendidikan                  : SMP                          Pendidikan      : SMP
Pekerjaan                     : IRT                            Pekerjaan         : Tani
Alamat                                    : Tumbang,pudak
             Ponorogo
II         Data subyektif
            Keluhan utama            : ibu pasien mengatakan anaknya panas
            Riwayat kesehatan sekarang   : anak mulai panas sjak 3 hari yg lalu yaitu pada tanggal 15 februari 2012 kemudian di periksakan ke bidan dan oleh bidan di rujuk ke RSUD Dr.harjono ponorogo dan di rawat di ruang anak (delima)dengan keadaan umum lemah,panas tinggi 39,40C ,serta timbul bercak-bercak merah pada tangan dan badan.

III        Data obyektif
1.      k/u             : lemah
kesadaran  :composmentis
TTV           : N       : 108x/Mnt                  RR       : 22x/mnt
                    S        : 38,40C

Pemeriksaan fisik khusus
Wajah                                : pucat,simetris,tidak ada oedem
Mata                                  : tidak oedema konjung tiva merah muda
Hidung                              : ada sekret hidung
Bibir                                  : kering,tidak ada stomatitis
Ekstremitas tangan            : terpasang infus RL 10 tpm di tangan kanan
2.      antropometri
BB saat sakit                     : 15 kg
BB sebelum sakit              : 16 kg


















3.      pemeriksaan LAB             tanggal            : 19-02-2012                jam: 05:32      

Parameter
Result
Range
Wbc
11,6x10^3/uL
4.0-10.0
Lymp
4.8x10^3/uL
0.4-4.0
Mid
0,5x10^3/uL
0.1-0.9
Gran
6,3x10^3/uL
2.0-7.0
Lymp %
41.0 %
20.0-40.0
Mid
4.0 %
3.0-9.0
Gran
54.6%
50.0-70.0
Hgb
10,7 gr/dl
11.0-16.0
Rbc
4,47x10^6/uL
3.50-5.50
Hct
32,00%
37.0-50.0
Mcv
71,300%
82.0-95.0
Mch
71,7%
82.0-95.0
Mcvch
23,9 pg
27.0-31.0
Rdw-cv
11,9%
32.0-31.0
Rdw-sd
38,4 fl
11.5-14.5
Plt
90x10^3/uL
100-300
Mpv
7,2 fl
232x10
Pdw
17,1
15.0-17.0
Pct
0,167%
0.108-0.282












4.      Riwayat imunisasi
Riwayat imunisasi
Umur di berikan
Tempat pelayanan
Hb uniject
0 bulan
Bidan
BCG
1 bulan
Posyandu
DPT
2 bulan
Posyandu
POLIO
2 bulan
Posyandu
CAMPAK
Belum
-

5.      Pemeriksaan perkembangan anak
Kemampuan bahasa bayi
no
Kemampuan
Umur pencapaian
1
Berbicara beberapa kata
11 bulan
2
Berbicara beberapa kata
9 bulan

6.      Kemampuan motorik halus
no
Kemampuan
Umur pencapaian
1
Menumpuk 2 mainan
11 bulan
2
Menumpuk 2 macam mainan
12 bulan

7.      Kemampuan motorik kasar
Menendang

8.      Adaptasi sosial
Anak bisa beradaptasi dengan baik,dan mau bermain dengan tean sebayanya.
IV        Analisa data
            An”H” usia 4,5 Tahun dengan bronkopneumonia





V         Penatalaksanaan
1.  Membina hubungan saling percaya dengan keluarga pasien,keluarga pasien  merespon dengan baik.
2.  Melakukan observasi TTV,keluarga merespon dengan baik
3.  Memberitahukan hasil TTV kepada keluarga pasien,keluarga mengerti.
     S: 38,40C         N: 108x/mnt    RR: 22x/mnt
4.      Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi,keluarga pasien merespon dengan baik.
Infus RL 10 Tpm
Inj sefotaxime 3x250 mg        jam: 13:10
Inj dexa           3x0,5cc            jam:15:05
Inj antrain        1x75 mg          jam: 13:30




















VI        Catatan perkembangan  (EVALUASI)
Tanggal     : 19 februari 2012        jam      : 10:00
S:   Ibu pasien mengatakan panas anaknya sudah mulai turun
O:  K/u      : cukup
      Kesadaran       : composmentis
      TTV                 : S: 370C          N: 104x/mnt                RR: 25x/mnt
      Wajah tampak lebih segar,akral dingin
Bibir tampak basah
Hidung bersih
Terpasang infus RL 10 tpm pada tangan kanan
A:  An “Z” dengan Dengue haemoragic fever
P:   Intervensi dilanjutkan
      Melakukan observasi TTV
      Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
Infus RL 10 tpm
Inj cefotaxime 3x250 mg
Inj dexa           3x0,5 cc












BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
  • DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). (Christantie Effendy, 1995).
Penyebab DHF
  • Vektor utama :
  • Aedes aegypti.
  • Aedes albopictus.
Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :
  1. kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari hari.
  2. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
  3. Penyediaan air bersih yang langka.
3.2       kritik dan saran

a.       Untuk institusi
-        Sabar dalam memberikan bimbingan selama praktek di Rumah Sakit
-       Dalam melakukan revisi, sebaiknya para pembimbing memberitahu para mahasiswa sehingga mahasiswa bisa berkonsultasi ketika di Rumah sakit
-       Sebaiknya para pembimbing memberikan contoh bagaimana cara membuat laporan Asuhan Keperawatan sesuai dengan ketentuan institusi

b.      Untuk lapangan
-       Para tenaga medis yang ada di rumah sakit harus Sabar dalam memberikan bimbingan selama praktek di Rumah Sakit
-       Para tenaga medis tidak segan-segan untuk memberi pengetahuan lebih mengenai cara praktik dilapangan dalam hal menangani pasien

DAFTAR PUSTAKA
Sunaryo, Soemarno, (1998), Demam Berdarah Pada Anak, UI ; Jakarta.
Effendy, Christantie, (1995), Perawatan Pasien DHF, EGC ; Jakarta.
Hendarwanto, (1996), Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, FKUI ; Jakarta.
Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, EGC ; Jakarta.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar