Rabu, 14 Maret 2012

asuhan kebidanan pada anak febris confulsion


ASUHAN KEBIDANAN
PADA AN ”A” USIA 16 BULAN
DENGAN FEBRIS CONFULSION (FC)
DI RUANG ANAK (DELIMA) RSUD DR HARJONO PONOROGO
 
DI SUSUN OLEH

NANA FARIDATUL ISMA
NIM.10.111.131




PROGRAM STUDI DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2012



BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1              Definisi
Kejang Demam (Febries Confulsion) adalah bangkitan kejang yang terjadi pasca kenaikan suhu tubuh ( suhu rectal diatas 38 derajat celcius ) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun.
Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun menderita kejang demam.
1.2     Etiologi
1. Infeksi
2. Kerusakan jaringan otak
3. Faktor lain yang bisa menyebabkan kelainan otak.
1.3             Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel/organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yaitu glukosa sifat proses ini adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sestem kardiovaskuler.
Dari uraian di atas, diketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel yang dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit oleh natrium (Na+) dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan ion Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena keadaan tersebut, maka terjadi perbedaan potensial membran yang disebut potesial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na - K Atp – ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler. Rangsangan yang datangnya mendadak seperti mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya dan perubahan patofisiologi dan membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada demam, kenaikan suhu 10 C akan mengakibatkan kenaikan suhu 10 C akan mengakibatkan metabolisme basal 10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %.
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik. Ini demikian besarnya sehingga meluas dengan seluruh sel dan membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang tersebut ”neurotransmitter” dan terjadi kejang.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 380 C dan anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 400 C atau lebih, kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai apnea. Meningkatnya kebutuhan O2 dan untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, denyut jantung yang tidak teratur dan makin meningkatnya suhu tubuh karena tingginya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otek meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul oedema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak (Hasan dan Alatas, 1985: 847 dan Ngastiyah, 1997: 2

1.4. Tanda dan Gejala
1. Kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat
2. Serangan kejang terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam dan berlangsung singkat
3. Setelah kejang anak akan bangun dan akan sadar kembali setelah beberapa menit

1.5 . Komplikasi
1. Meningitis
2. Epilepsi


1.6. Manifestasi klinis
Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan berupa klonik atau tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Kejang demam dapat berlangsung lama dan atau parsial. Pada kejang yang unilateral kadang-kadang diikuti oleh hemiplegi sementara (Todd’s hemiplegia) yang berlangsung beberapa jam atau bebarapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiplegi yang menetap. (Lumbantobing,SM.1989:43)
Menurut Behman (2000: 843) kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang tinggi dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 390 C atau lebih ditandai dengan adanya kejang khas menyeluruh tonik klonik lama beberapa detik sampai 10 menit. Kejang demam yang menetap > 15 menit menunjukkan penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik selain itu juga dapat terjadi mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan sentakan terulang.

1.7 Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (1997: 232-235) dan Hassan & Alatas (195: 850-854) ada 4 faktor yang perlu dikerjakan :
1. Segera diberikan diezepam intravena -->dosis rata-rata 0,3mg/kg
atau diazepam rektal dosis ≤ 10 kg = 5mg/kg
Bila diazepam tidak tersedia langsung memakai fenobarbital dengan dosis awal selanjutnya diteruskan dengan dosis rumat.
2.Membebaskan jalan nafas, oksigenasi secukupnya
3.Meurunkan panas bila demam atau hipereaksi, dengan kompres seluruh tubuh dan bila telah memungkinkan dapat diberikan parasetamol 10 mg/kgBB/kali kombinasi diazepam oral 0,3 mg/kgBB
4.memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama (> 10 menit) dengan IV : D5 1/4, D5 1/5, RL.

Ada juga penatalaksanaan yang lain yaitu:
a. Bila etiologi telah diketahui pengobatan terhadap penyakit primer segera dilakukan. Bila terdapat hipogikemia, beri larutan glukosa 20 % dengan dosis 2 - 4 ml/kg BB secara intravena dan perlahan kemudian dilanjutkan dengan larutan glukosa 10 % sebanyak 60 - 80 ml/kg secara intravena. Pemberian Ca - glukosa hendaknya disertai dengan monitoring jantung karena dapat menyebabkan bradikardi. Kemudian dilanjutkan dengan peroral sesuai kebutuhan. Bila secara intravena tidak mungkin, berikan larutan Ca glukosa 10 % sebanyak 10 ml per oral setiap sebelum minum susu.
b. Bila kejang tidak hilang, harus pikirkan pemberian magnesium dalam bentuk larutan 50% Mg SO4 dengan dosis 0,2 ml/kg BB (IM) atau larutan 2-3 % mg SO4 (IV) sebanyak 2 – 6 ml. Hati-hati terjadi hipermagnesemia sebab gejala hipotonia umum menyerupai floppy infant dapat muncul.
c. Pengobatan dengan antikonvulsan dapat dimulai bila gangguan metabolik seperti hipoglikemia atau hipokalsemia tidak dijumpai. Obat konvulsan pilihan utama untuk bayi baru lahir adalah Fenobarbital (Efek mengatasi kejang, mengurangi metabolisme sel yang rusak dan memperbaiki sirkulasi otak sehingga melindungi sel yang rusak karena asfiksia dan anoxia). Fenobarbital dengan dosis awal 20 mg . kg BB IV berikan dalam 2 dosis selama 20 menit.

Banyak penulis tidak atau jarang menggunakan diazepam untuk memberantas kejang pada BBL dengan alasan efek diazepam hanya sebentar dan tidak dapat mencegah kejang berikutnya. Disamping itu pemberian bersama-sama dengan fenobarbital akan mempengaruhi pusat pernafasan karena zat pelarut diazepam mengandung natrium benzoat yang dapat menghalangi peningkatan bilirubin dalam darah

1.8. Klasifikasi
Menurut Ngastiyah ( 1997: 231), klasikfikasi kejang demam adalah
1. Kejang demam sederhana
yaitu kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum. Adapun pedoman untuk mendiagnosa kejang demam sederhana dapat diketahui melalui criteria Livingstone, yaitu :
a. umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
b. kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit.
c. Kejang bersifat umum
d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam.
e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kjang normal
f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukan kelainan.
g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali

2. Kejang kompleks
Kejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu lebih dari ketujuh criteria Livingstone. Menurut Mansyur ( 2000: 434) biasanya dari kejang kompleks diandai dengan kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit, fokal atau multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam). Di sini anak sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurology atau riwayat kejang dalam atau tanpa kejang dalam riwayat keluarga.

1.9 Pencegahan

Menurut Ngastiyah ( 1997: 236-239) pencegahan difokuskan pada pencegahan kekambuhan berulang dan penegahan segera saat kejang berlangsung.
1. Pencegahan berulang
a. Mengobati infeksi yang mendasari kejang
b. Penkes tentang
1) Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter
2) Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada anak ( 36-37ºC)
3) Anak diberi obat anti piretik bila orang tua mengetahuinya pada saat mulai demam dan jangan menunggu sampai meningkat
4) Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah mengalami kejang demam bila anak akan diimunisasi.

2. Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi :
a. Baringkan pasien pada tempat yang rata
b. Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuh
c. Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas
d. Lepaskan pakaian yang ketat
e. Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera

1.10 Pemeriksaan penunjang
Menurut Komite Medik RSUP Dr. sardjito ( 2000:193) dan LUmbantobing dan Ismail (1989 :43), pemeriksaannya adalah :
1. EEG-->Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak menunjukan kelainan likuor. Gelombang EEG lambat didaerah belakang dan unilateral menunjukan kejang demam kompleks.
2. Lumbal Pungsi
Tes ini untuk memperoleh cairan cerebrospinalis dan untuk mengetahui keadaan lintas likuor. Tes ini dapaat mendeteksi penyebab kejang demam atau kejang karena infeksi pada otak.

- Pada kejang demam tidak terdapat gambaran patologhis dan pemeriksaan lumbal pungsi
- Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :

1)Warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning, menunjukan pigmen kuning santokrom
2)Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal (normal bayi 40-60ml, anak muda 60-100ml, anak lebih tua 80-120ml dan dewasa 130-150ml)
3) Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal dewasa 3.5-5.0 mEq/L, bayi 3.6-5.8mEq/L).
















BAB II
LAPORAN KASUS
Asuhan kebidanan pada An”A” usia 16 bulan dengan febris confulsion (FC)
Di ruang anak(delima) RSUD Dr harjono ponorogo

            Pengkajian tanggal      : 19 februari 2012                    jam: 09:45
            Oleh                            : nana faridatul isma
            Mrs tanggal                 : 17 februari 2012                    jam: 10:14
I           Identitas pasien           : An “A”
            Usia                             : 16 bulan
            Jenis kelamin               : laki-laki
Anak ke                       : 1       
Nama ibu                     : Ny “P”                      Nama ayah      : Tn “S”
Umur                           : 27 Tahun                   Umur               : 31 tahun
Suku                            : Jawa                          Suku                : jawa
Agama                         : islam                          Agama             : islam
Pendidikan                  : SMP                          Pendidikan      : SMP
Pekerjaan                     : IRT                            Pekerjaan         : Swasta
Alamat                                    : Jalen,balung
             Ponorogo
II         Data subyektif
            Keluhan utama            : ibu pasien mengatakan anaknya panas
            Riwayat kesehatan sekarang   : anak panas di sertai kejang mulai pada tanggal 16 februari 2012,kejang 2x lalu di larikan ke RSUD Dr.harjono ponorogo dan di rawat di ruang anak (delima) mulai pada tanggal 17 februari 2012,dengan keadaan lemah,suhu 38,40C,Serta kejang 1x.
III        Data obyektif
1.      k/u             : cukup
kesadaran  : composmentis
TTV           : N       : 104x/Mnt                  RR       : 23x/mnt
                    S        : 37,90C

Pemeriksaan fisik khusus
Kepala                               : akral hangat,simetris,tidak ada benjolan
Wajah                                : tidak pucat,simetris,tidak ada oedem
Bibir                                  : kering
Ekstremitas tangan            : terpasang infus RL 10 tpm di tangan kanan
2.      antropometri
BB saat sakit                     : 9,4 kg
BB sebelum sakit              : 9,5 kg

3.      Riwayat imunisasi
Riwayat imunisasi
Umur di berikan
Tempat pelayanan
Hb uniject
0 bulan
Bidan
BCG
1 bulan
Posyandu
DPT
2 bulan
Posyandu
POLIO
2 bulan
Posyandu
CAMPAK
9 bulan
Posyandu

4.      Pemeriksaan perkembangan anak
Kemampuan bahasa bayi
no
Kemampuan
Umur pencapaian
1
Berbicara beberapa kata
12 bulan
2
Berbicara beberapa kata
9 bulan

5.      Kemampuan motorik halus
no
Kemampuan
Umur pencapaian
1
Menumpuk 2 mainan
11 bulan
2
Menumpuk 2 macam mainan
12 bulan


6.      Kemampuan motorik kasar
Menendang

7.      Adaptasi sosial
Anak mau bermain dengan teman sebaya
IV        Analisa data
            An”A” usia 16 bulan dengan febris confulsion (fc)
V         Penatalaksanaan
1.  Membina hubungan saling percaya dengan keluarga pasien,keluarga pasien  merespon dengan baik.
2.  Melakukan observasi TTV,keluarga merespon dengan baik
3.  Memberitahukan hasil TTV kepada keluarga pasien,keluarga mengerti.
     S: 37,90C         N: 104x/mnt    RR: 23x/mnt
4. mengajurkan keluarga untuk mengompres anaknya dengan air biasa,keluarga mengerti.
5        Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi,keluarga pasien merespon dengan baik.
Infus RL 10 Tpm
Inj lapixime     1x150 mg        jam: 08:30
Inj dexa           0,25 mg           jam: 08:32
Inj antrain        1x75 mg          jam: 08:35










VI        Catatan perkembangan  (EVALUASI)
Tanggal     : 20 februari 2012        jam      : 15:00
S:   Ibu pasien mengatakan panas anaknya sudah mulai turun
O:  K/u      : cukup
      Kesadaran       : composmentis
      TTV                 : S: 36,60C       N: 114x/mnt                RR: 25x/mnt
      Wajah tampak lebih segar
Bibir tampak basah
Sudah tidak kejang
Terpasang infus RL 10 tpm pada tangan kanan
A:  An “A” dengan febris confulsion (Fc)
P:   Intervensi dilanjutkan
      Melakukan observasi TTV
      Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
Infus RL 10 tpm
Inj lapixim 2x1/3 mg
Inj dexa           1x0,25 mg









BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan

Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan berupa klonik atau tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Kejang demam dapat berlangsung lama dan atau parsial. Pada kejang yang unilateral kadang-kadang diikuti oleh hemiplegi sementara (Todd’s hemiplegia) yang berlangsung beberapa jam atau bebarapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiplegi yang menetap. (Lumbantobing,SM.1989:43)
Menurut Behman (2000: 843) kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang tinggi dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 39o C atau lebih ditandai dengan adanya kejang khas menyeluruh tionik klonik lama beberapa detik sampai 10 menit. Kejang demam yang menetap > 15 menit menunjukkan penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik selain itu juga dapat terjadi mata terbalik ke atas.

3.2       kritik dan saran

a.       Untuk institusi
-        Sabar dalam memberikan bimbingan selama praktek di Rumah Sakit
-       Dalam melakukan revisi, sebaiknya para pembimbing memberitahu para mahasiswa sehingga mahasiswa bisa berkonsultasi ketika di Rumah sakit
-       Sebaiknya para pembimbing memberikan contoh bagaimana cara membuat laporan Asuhan Keperawatan sesuai dengan ketentuan institusi

b.      Untuk lapangan
-       Para tenaga medis yang ada di rumah sakit harus Sabar dalam memberikan bimbingan selama praktek di Rumah Sakit
-       Para tenaga medis tidak segan-segan untuk memberi pengetahuan lebih mengenai cara praktik dilapangan dalam hal menangani pasien



DAFTAR PUSTAKA

 Depkes RI. 1989. Perawatan Bayi Dan Anak. Ed 1. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga kesehatan

Lumbantobing,SM.1989.Penatalaksanaan Muthakhir Kejang Pada Anak.Jakarta : FKUI

Sachann, M Rossa. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.

Suriadi, dkk2001. Askep Pada Anak. Jakarta. Pt Fajar Interpratama.

Sataf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2000. Buku Kuliah Dua Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Percetakan Info Medika Jakarta

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.

 Hidayat, aziz alimun. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar