ASUHAN KEBIDANAN
PADA AN ”Z” USIA 4 BULAN
DENGAN BRONKOPNEUMONIA
DI RUANG ANAK (DELIMA) RSUD DR HARJONO PONOROGO
DI SUSUN OLEH
NANA FARIDATUL ISMA
NIM.10.111.131
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan Pada An “z” dengan bronkopneumonia di ruang anak (Delima)RSUD DR.Harjono ponorogo.
Dalam meyelesaikan laporan Asuhan Kebidanan ini penulis telah berusaha untuk mencapai hasil yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa laporan Asuhan Kebidaanan ini masih jauh dari sempurna.
Terselesaikannya laporan Asuhan Kebidanan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Harnanik Nawangsari,S.ST, M.Keb. Selaku Kaprodi D4 Bidan Pendidik
2. Ibu Siti Shofiyah, S.ST Selaku Pembimbing Akademik
3. Bapak Umar Khamdani.S,Kep.Ners Selaku Kepala Ruangan anak (Delima)
4. Bapak Widodo,S.Kep.Ners Selaku Pembimbing Ruangan anak (Delima)
5. Teman-teman yang telah membantu terselesaikannya laporan Asuhan Kebidanan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan Asuhan Keperawatan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan sempurnanya laporan Asuhan Keperawatan ini sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Jombang,06 maret 2012
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya menyerang sekitar 1% dari seluruh penduduk Amerika. Meskipun telah ada kemajuan dalam bidang antibiotik, pneumonia tetap merupakan penyebab kematian terbanyak keenam di Amerika Serikat. Munculnya organisme nosokomial (didapat dari rumah sakit) yang resisten terhadap antibiotik, ditemukannya organisme-oeganisme yang baru (seperti Legionella), bertambahnya jumlah pejamu yang lemah daya tahan tubuhnya dan adanya penyakit seperti AIDS semakin memperluas spektrum dan derajat kemungkinan penyebab-penyebab pneumonia, dan ini juga menjelaskan mengapa pneumonia masih merupakan masalah kesehatan yang mencolok. Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik.
Pneumonia adalah radang parenkim paru. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab noninfeksi yang kadang-kadang perlu dipertimbangkan
Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia).
1.2 tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini agar mahasiswa lebih mngetahui mengenai penyakit bronkopneumonia dari pengertian,penyebab,patofisiologi,gejala maupun penanganan medis dan sebagai salah satu syarat untuk pemenuhan tugas praktek klinik smester tiga.
1.3 manfaat
Manfaat laporan ini untuk para pembaca atau orang tua agar lebih mengenali tanda-tanda penyakit bronkopneumonia dan salah satu cara untuk deteksi dini pncgahan bronkopneumonia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572)
Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 1995 : 710)
Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris.
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.(Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998)
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.
2.2 Etiologi
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus : Legionella pneumoniae
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis cranii, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra M. Nettina, 2001 : 682)
2.3 Fisiologi
Sistem tubuh yang berperan Dalam kebutuhan oksigenasi terdiri atas saluran bagian atas,bagian bawah dan paru.
1. Saluran pernafasan bagian atas terdiri dari nafas anterior yang memuat kelenjar sebaseus dengan di tutupi bulu yang kasar dan bermuara ke rongga hidung.rongga hidung yang di lapisi selaput lendir yang mngandung pembuluh darah.proses oksigenasi diawali dengan penyaringan udara yang masuk melalui hidung.kemudian dihangatkan smentara di lembabkan.
Faring,laring, merupakan pipa yang memiliki otot memanjang dari dasar tengkorak sampai esofagus yang terletak di belakang nasofaring di belakang mulut dan di belakang faring.
Laring merupakan saluran pernafasan setelah faring yang terjadi dari atas bagian dari tulang rawan yang di ikat bersama ligamen dan membran,terdiri atas 2 lapisan yang bersambung di garis tengah
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring pada saat proses makanan,
2. Saluran pernafasan bawah terdiri dari
Trakea,sebagai batang tengkorak,memiliki panjang kurang lebih 9 cm yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketingian vertebrata torakalis kelima.
Bronkus merupakan bentuk percabaan/kelanjutan dari trachea yang terdari atas percabangan kanan dan kiri
Bronchiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus.
3. Paru
Merupakan organ utama dalam sistem pernafasan.paru terletak dalam rongga toraks setinggi tulang selangka sampai tulang diafragma.
4.4 Patofisiologi
Penurunan daya tahan tubuh
Penyakit menahun ISPA aspirasi
Infeksi dan peradangan pada parenkim
Paru bronkopneumonia
Perubahan membran
Kapiler alveolus
Pelepasan mediator kimia reaksi antigen pelepasan zat pirogen
Dispnea Oleh sel inasit antibodi stimulasi hipotalamus
gangguan pertukaran edema membran mukosa pelepasan mediator nyeri peningkatan
gas hipersekresi mukus bradikinin histamin suhu tubuh
dispnea penumpukan mukus nyeri akut gelisah
peningkatan bersihkan jalan cemas
bising usus in efektif gangguan istirahat
mual Tidur
muntah malas minum produksi
anoreksia urin < 1 ml/kg/bb/jam
gangguan gangguan keseimbangan cairan
nutrisi kurang dari kebutuhan dan elektrolit
tubuh
4.5 Manifestasi klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis.
(Barbara C. long, 1996 :435)
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat).
(Sandra M. Nettina, 2001 : 683)
4.6 Pemeriksaan penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium
· Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
· Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C, Long, 1996 : 435)
· Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
· Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
· Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
2. Pemeriksaan Radiologi
· Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus. (Barbara C, Long, 1996 : 435)
· Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda padat. (Sandra M, Nettina, 2001)
4.7 Penatalaksanaan
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya :
- Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
- Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
- Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia mikroplasma.
- Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda.
- Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
- Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.
BAB III
LAPORAN KASUS
Asuhan kebidanan pada An”z” usia 4 bulan dengan bronkopneumonia
Di ruang anak(delima) RSUD Dr harjono ponorogo
Pengkajian tanggal : 10 februari 2012 jam: 11:45
Oleh : nana faridatul isma
Mrs tanggal : 07 februari 2012 jam: 11:45
I Identitas pasien : An “z”
Usia : 4 bulan
Jenis kelamin : laki-laki
Anak ke : 2
Nama ibu : Ny “I” Nama ayah : Tn “z”
Umur : 29 Tahun Umur : 31 tahun
Suku : Jawa Suku : jawa
Agama : islam Agama : islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Tani
Alamat : Beton,simun
Ponorogo
II Data subyektif
Keluhan utama : ibu pasien mengatakan anaknya sesak,batuk
Riwayat kesehatan sekarang : anak batuk,sesak mulai tanggal 06 februari 2012 kemudian di periksakan ke bidan dan oleh bidan di rujuk ke RSUD Dr.harjono ponorogo dan di rawat di ruang anak (delima) mulai pada tanggal 07 februari 2012,dengan keadaan lemah,batuk,dan masih sesak.
III Data obyektif
1. k/u : lemah
kesadaran :composmentis
TTV : N : 104x/Mnt RR : 15x/mnt
S : 36,70C
Pemeriksaan fisik khusus
Wajah : pucat,simetris,tidak ada oedem
Hidung : ada pernafasan cuping hidung
Bibir : kering
Dada : pernafasan dada tidak teratur,tidak ada bunyi whezing/ ronchi
Ekstremitas tangan : terpasang infus RL 10 tpm di tangan kiri
2. antropometri
BB saat sakit : 6,9 kg
3. pemeriksaan LAB tanggal : 07-02-2012 jam: 14:03
Parameter | Result | Range |
Wbc | 11,6x10^3/uL | 4.0-10.0 |
Lymp | 4.8x10^3/uL | 0.4-4.0 |
Mid | 0,5x10^3/uL | 0.1-0.9 |
Gran | 6,3x10^3/uL | 2.0-7.0 |
Lymp % | 41.0 % | 20.0-40.0 |
Mid | 4.0 % | 3.0-9.0 |
Gran | 54.6% | 50.0-70.0 |
Hgb | 10,7 gr/dl | 11.0-16.0 |
Rbc | 4,47x10^6/uL | 3.50-5.50 |
Hct | 32,00% | 37.0-50.0 |
Mcv | 71,300% | 82.0-95.0 |
Mch | 71,7% | 82.0-95.0 |
Mcvch | 23,9 pg | 27.0-31.0 |
Rdw-cv | 11,9% | 32.0-31.0 |
Rdw-sd | 38,4 fl | 11.5-14.5 |
Plt | 33x10^3/uL | 35.0-56.0 |
Mpv | 7,2 fl | 232x10 |
Pdw | 17,1 | 15.0-17.0 |
Pct | 0,167% | 0.108-0.282 |
4. Riwayat imunisasi
Riwayat imunisasi | Umur di berikan | Tempat pelayanan |
Hb uniject | 0 bulan | Bidan |
BCG | 1 bulan | Posyandu |
DPT | 2 bulan | Posyandu |
POLIO | 2 bulan | Posyandu |
CAMPAK | Belum | - |
5. Pemeriksaan perkembangan anak
Kemampuan bahasa bayi
no | Kemampuan | Umur pencapaian |
1 | Berbicara beberapa kata | Belum bisa |
2 | Berbicara beberapa kata | Belum bisa |
6. Kemampuan motorik halus
no | Kemampuan | Umur pencapaian |
1 | Menumpuk 2 mainan | Belum bisa |
2 | Menumpuk 2 macam mainan | Belum bisa |
7. Kemampuan motorik kasar
Menendang
8. Adaptasi sosial
Belum bisa
IV Analisa data
An”z” usia 4 bulan dengan bronkopneumonia
V Penatalaksanaan
1. Membina hubungan saling percaya dengan keluarga pasien,keluarga pasien merespon dengan baik.
2. Melakukan observasi TTV,keluarga merespon dengan baik
3. Memberitahukan hasil TTV kepada keluarga pasien,keluarga mengerti.
S: 36,70C N: 104x/mnt RR: 15x/mnt
4. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi,keluarga pasien merespon dengan baik.
Infus RL 10 Tpm
Inj sefotaxime 1x150 mg jam: 15:02
Inj dexa 2 mg jam:15:05
Nebulizer 1x5’ jam: 16:00
VI Catatan perkembangan (EVALUASI)
Tanggal : 11 februari 2012 jam : 15:00
S: Ibu pasien mengatakan sesak dan batuk anaknya sudah mulai berkurang
O: K/u : cukup
Kesadaran : composmentis
TTV : S: 36,20C N: 105x/mnt RR: 25x/mnt
Wajah tampak lebih segar
Bibir tampak basah
Terpasang oksigen 2 lpm pada hidung
Terpasang infus RL 10 tpm pada tangan kiri
A: An “Z” dengan bronkopneumonia
P: Intervensi dilanjutkan
Melakukan observasi TTV
Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
Infus RL 10 tpm
Inj cefotaxime 1x150 mg
Inj dexa 2 mg
Nebulizer 1x5’
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572)
Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 1995 : 710)
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pathogen
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus : Legionella pneumoniae
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4.2 kritik dan saran
a. Untuk institusi
- Sabar dalam memberikan bimbingan selama praktek di Rumah Sakit
- Dalam melakukan revisi, sebaiknya para pembimbing memberitahu para mahasiswa sehingga mahasiswa bisa berkonsultasi ketika di Rumah sakit
- Sebaiknya para pembimbing memberikan contoh bagaimana cara membuat laporan Asuhan Keperawatan sesuai dengan ketentuan institusi
b. Untuk lapangan
- Para tenaga medis yang ada di rumah sakit harus Sabar dalam memberikan bimbingan selama praktek di Rumah Sakit
- Para tenaga medis tidak segan-segan untuk memberi pengetahuan lebih mengenai cara praktik dilapangan dalam hal menangani pasien
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC
Nettina, Sandra M. (1996). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :EGC
Long, B. C.(1996). Perawatan Madikal Bedah. Jilid 2. Bandung :Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Soeparma, Sarwono Waspadji. (1991). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta :Balai Penerbit FKUI
Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar